Langsung ke konten utama

Mr. I CAN’T TELL YOU HIS NAME

   Hai kamu. Kamu yang selalu ada disetiap hari saya selama kurang lebih 3 tahun ini. Tidakkah kamu bosan dengan saya yang selalu menganggumu? Saya harap kamu tidak bosan dengan saya, karena jika itu terjadi saya tidak tau harus kepada siapa lagi saya menceritakan hari-hari saya kalau bukan denganmu. Saya ingin kembali ke masa 3 tahun lalu saat saya pertama kali denganmu.
   Pertama kali saya bertemu denganmu, kesan pertama yang kamu perlihatkan adalah kamu seorang pemalas yang tidak mempunyai harapan untuk hidup, namun kamu segan untuk meninggalkan dunia ini. Namun, ternyata semua itu salah. Setelah saya mulai mengenal dirimu ternyata dirimu adalah sosok yang hangat, peduli, dan dewasa. Mungkin banyak orang yang salah menilaimu pada awalnya sama seperti saya. 
   Ada satu wanita beruntung yang bisa mendapatkan hatimu. Namun saya bingung, kenapa kamu bisa memilih dia, iya saya tau itu hakmu dan itu adalah pilihanmu, saya pun tidak peduli dengan siapa pilihanmu. Pada saat itu, saat kamu sudah dengan wanita pilihanmu Tuhan memperkenalkan kita, semenjak saat itulah saya dan kamu mulai banyak bercerita, berargumen, saling mengajarkan satu sama lain, dan bahkan banyak cerita hatimu yang kamu tuangkan pada saya, begitupun sebaliknya.    
   Hari-hari berjalan seperti biasanya. Sampai akhirnya seseorang yang beruntung mendapatkan hatimu itu mulai merasa risih, tidak suka, atau bahkan terancam dengan keberadaan saya di dekatmu. Entah pikiran negatif apa yang merasuki wanitamu itu, sampai ia seperti itu. Saya sadar wanitamu itu lebih berhak atas dirimu dibanding saya.Saya putuskan untuk menjauh darimu, walau tidak ada niat sedikitpun untuk menjadi duri diantara dirimu dengan wanitamu itu, namun dilihat seperti duri itu tidak mengenakan. 
   Walaupun saya putuskan untuk menjauh dan membiarkan kamu dengan wanita pilihanmu, saya tetap terus melihat dirimu. Miris rasanya melihatmu semakin menjadi seorang yang sangat teramat malas, kamu seperti seorang yang malas untuk menjalani kehidupan ini, saya tidak tau apa yang membuatmu seperti itu, apakah karena wanitamu atau memang dirimu, entahlah. Apapun itu, itu adalah pilihan yang kamu pilih, saya sudah tidak diperbolehkan mencampuri urusanmu.

   Setahun sudah saya dan kamu tidak pernah bertukar cerita dikarenakan wanitamu. Namun tiba-tiba kamu datang, menceritakan apa yang terjadi selama setahun ini, kamu ingin melepas wanitamu, itu katamu, terserah dirimu saja saya hanya mendukung apapun yang terbaik untukmu. Dan pada akhirnya kamu putuskan untuk melepas wanitamu. Setelah kamu dan dirinya sudah tidak ada ikatan, hubungan saya dan kamupun kembali seperti dulu. Saya dan kamu yang selalu bertukar cerita, argumen, mengajarkan satu sama lain, berbagi pengalaman dan cerita dikeseharian kita, iya hal seperti itu yang sederhana namun mengasyikkan.
   Dari hal sederhana tersebut membuat hati saya sedikit jatuh kepadamu, mungkin belum sampai jatuh, hanya baru tersandung saja, karena saya langsung menyadari dan saya langsung mengantisipasinya. Ternyata dirimu sangat berbahaya, banyak kerikil kecil didalam dirimu yang bisa membuat orang terjatuh jika tidak berhati-hati.
   Saya sadar rasa yang ada didalam diri saya untukmu hanyalah rasa kagum saya terhadapmu. Rasa nyaman denganmu layaknya seorang adik yang nyaman dengan seorang kakak, karena kamu selalu bisa menampung segala keluh kesah saya, selalu bisa memberi saya solusi, dan selalu siap dengan mendengar segala cerita saya yang bahkan tidak penting untuk diceritakan. Saya beruntung bisa mengenal dirimu hingga saat ini. Saya harap kamu tidak pergi ataupun meninggalkan saya, karena jika kamu pergi, saya tidak tau pada siapa lagi saya akan menceritakan hari-hari saya. Karena tidak banyak yang seperti dirimu. Terimakasih untukmu yang selalu ada didalam hari-hari saya. Terimakasih karena kamu telah hadir dihidup saya. Terimakasih Mr. I can’t tell u his name.

Ulujami, 7 November 2016
11:36PM
Untuk memenuhi permintaanmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama

Coretan ini halaman pertama untuknya, Pengalaman pertama juga bagi ku, Mungkin, ini yg terdalam. _____ Tidak pernah sedikit pun terlintas, namun ini terjadi. Pelukan itu. Hangat tubuhnya, mendekap tubuh yang dingin. Ternyata benar kata mereka, sentuhan tanpa dibatasi oleh sehelai kain pun adalah yang terhangat.  Pelukan itu, membuat ku ingin terlelap lebih lama. Ingin aku nikmati tiap detik di dalam peluk hangatnya. Walau aku tahu, ini akan berakhir. Sentuhan. Sentuhan pertama yang bahkan tidak pernah seorang pun kubiarkan menyentuh bagian paling inti tubuh ku.  Pagi itu, bahkan disaat semua orang masih menikmati tidurnya. Sentuhan itu, cukup membuat ku membeku sesaat.  Ku biarkan dia menjelajahi, tanpa reaksi, tanpa penolakan. Pertama. Dan bahkan satu-satunya. Dia satu-satunya. Yang mungkin akan terus terekam di kepala. Akan terus diingat.  Perasaan yang bahkan sampai saat ini masih membuat ku bimbang. Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  Rasa yang s...

Bukan Sepasang Kekasih

Saat ini sudah tidak ada segan diantara kita, Semua terasa seperti rutinitas, Rutinitas? Bukan, ini kali kedua Tapi canggung mu sudah hilang, bukan? Ah, begitu pun aku. Kita seperti sudah terbiasa, Kali ini aku sudah tidak melihat kepura-puraan dalam diri mu, Melihat itu? Sepertinya bukan hal baru bagi mu. Kalau sebelumnya kita simpan masing-masing, Kali ini berbagi tanpa ragu. Bagaimana dengan film di jam 3 pagi?  Kamu sibuk mencari film apa yang bagus, Aku? Tidak ada energi untuk itu. Mungkin, jika bisa berbicara televisi akan jadi yang paling pertama mengucap protes paling keras, “Kita bertukar peran kah? Aku yang seharusnya kalian lihat, bukan sebaliknya” ucap televisi dalam diam.  Jika Televisi adalah manusia, aku pun ingin bertanya “bagaimana rasanya melihat dua orang memadu kasih, padahal bukan sepasang kekasih?” Pahit? Getir? Senang? Menyedihkan? Tidak terasa, sinar matahari masuk melalu jendela besar itu. Sepertinya 5 menit yang lalu langit masih sangat gelap. Waktu b...

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08