Langsung ke konten utama

HADIRMU

   Malam ini tiba-tiba pikiran saya kembali ke masa 2 tahun lalu, masa dimana saya merasakan sakit yang teramat dalam. Luka yang tidak akan pernah hilang bekasnya. Dan masa dimana saya menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Masa itu adalah masa disaat saya mengenal kamu, kamu yang awalnya terlihat begitu manis, ternyata itu hanyalah sesaat, begitu banyak pahit yang kamu berikan kepada saya, sehingga rasa manis itu tidak sanggup menutupi kepahitan itu. Tapi pada saat itu saya sangat berterimakasih kepada Tuhan, karena Tuhan telah menunjukan bagaimana dirimu sebenarnya kepada saya.
   Mungkin melupakanmu dan menghapus kamu dari kehidupan saya adalah cara terbaik untuk setidaknya mengurangi rasa sakit yang saya rasakan pada saat itu. Perlahan dan pasti walaupun sangat sulit saya bisa menghilangkan diri kamu dari pikiran dan hati saya, tetapi tidak untuk kenangan yang kamu tulis didinding dihati saya. Itu terlalu permanen dan tidak bisa dihilangkan. Tapi setidak nya tidak melihat dirimu didekat saya itu sudah lebih dari cukup untuk saya bisa melupakanmu. Sungguh saya harap kamu tidak hadir lagi didalam kehidupan saya, tapi ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
   Satu tahun yang lalu kamu tiba-tiba datang untuk meminta maaf, apa kamu baru tersadar setelah begitu lama? Apa kamu tersadar setelah saya melupakanmu? Terserah pada dirimu, sadar atau tidak itu adalah urusanmu, yang pasti sejak awal saya sudah memaafkanmu.Kehadiranmu pada saat itu adalah mimpi buruk bagi saya, karena kamu kembali mengingatkan saya akan masa itu. Kata-kata yang kamu ucap saat itu kembali mengingatkan saya bagaimana sakit yang saya rasakan dulu. Saya tidak tahu apa yang membuatmu seperti itu, kembali hadir dengan membawa segala rasa sakit yang pernah ada, tidak cukupkah bagi kamu pada saat itu? Atau memang membuat saya sakit adalah kesenangan tersendiri untuk kamu?. Apapun alasanmu untuk kembali, yang pasti saya tidak akan membiarkanmu masuk dalam kehidupan saya, sudah cukup bagi saya untuk mengenalmu pada saat itu.
   Terima kasih, karena hadirmu telah memberi pelajaran yang begitu berarti dalam hidup saya. Terima kasih karena hadirmu telah meberi kisah dalam hidup saya. Terima kasih walaupun pahit yang saya rasakan. Terima kasih dan selamat karena kamu adalah yang pertama menjadi pengacau hati saya. Maaf jika saya hanya menjadi seorang yang buruk dihidupmu. Saya sadar saya hanyalah sebutir pasir yang dihempas dan tak terlihat oleh dirimu.


Ulujami, 5 November 2016
09:01AM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama

Coretan ini halaman pertama untuknya, Pengalaman pertama juga bagi ku, Mungkin, ini yg terdalam. _____ Tidak pernah sedikit pun terlintas, namun ini terjadi. Pelukan itu. Hangat tubuhnya, mendekap tubuh yang dingin. Ternyata benar kata mereka, sentuhan tanpa dibatasi oleh sehelai kain pun adalah yang terhangat.  Pelukan itu, membuat ku ingin terlelap lebih lama. Ingin aku nikmati tiap detik di dalam peluk hangatnya. Walau aku tahu, ini akan berakhir. Sentuhan. Sentuhan pertama yang bahkan tidak pernah seorang pun kubiarkan menyentuh bagian paling inti tubuh ku.  Pagi itu, bahkan disaat semua orang masih menikmati tidurnya. Sentuhan itu, cukup membuat ku membeku sesaat.  Ku biarkan dia menjelajahi, tanpa reaksi, tanpa penolakan. Pertama. Dan bahkan satu-satunya. Dia satu-satunya. Yang mungkin akan terus terekam di kepala. Akan terus diingat.  Perasaan yang bahkan sampai saat ini masih membuat ku bimbang. Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  Rasa yang s...

Bukan Sepasang Kekasih

Saat ini sudah tidak ada segan diantara kita, Semua terasa seperti rutinitas, Rutinitas? Bukan, ini kali kedua Tapi canggung mu sudah hilang, bukan? Ah, begitu pun aku. Kita seperti sudah terbiasa, Kali ini aku sudah tidak melihat kepura-puraan dalam diri mu, Melihat itu? Sepertinya bukan hal baru bagi mu. Kalau sebelumnya kita simpan masing-masing, Kali ini berbagi tanpa ragu. Bagaimana dengan film di jam 3 pagi?  Kamu sibuk mencari film apa yang bagus, Aku? Tidak ada energi untuk itu. Mungkin, jika bisa berbicara televisi akan jadi yang paling pertama mengucap protes paling keras, “Kita bertukar peran kah? Aku yang seharusnya kalian lihat, bukan sebaliknya” ucap televisi dalam diam.  Jika Televisi adalah manusia, aku pun ingin bertanya “bagaimana rasanya melihat dua orang memadu kasih, padahal bukan sepasang kekasih?” Pahit? Getir? Senang? Menyedihkan? Tidak terasa, sinar matahari masuk melalu jendela besar itu. Sepertinya 5 menit yang lalu langit masih sangat gelap. Waktu b...

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08