Langsung ke konten utama

"Kapan Terakhir Kali Kamu Dapat Tertidur Tenang?" -Hindia

Malam ini saya mulai kembali untuk menulis. Tidak hanya sekedar menulis tapi menuangkan isi hati dan kepala saya yang berkecamuk. Saya tidak tahu apakah setiap orang yang sedang berada di fase usia 20-an mengalami hal yang sama dengan saya atau tidak. Atau. Hanya saya saja yang merasakan?

Memikirkan bagaimana masa depan? Apa yang akan saya hadapi? Apakah benar jalan yang saya ambil? Haruskan saya melangkah? Mundur atau maju? Atau bahkan diam ditempat? Semua berkecamuk dikepala saya. Tentunya juga dihati saya.

Yang menyulitkan adalah hati dan pikiran saya memiliki pilihan yang bertolak belakang. Kata orang jika sedang sulit ikuti kata hati. Namun, kata orang yang lainnya ikuti kepala kita karena itu lebih rasional. Entah mana yang harus saya ikuti.

Seorang laki-laki berkata kepada saya “hidup ini memang untuk keluar dari kesulitan untuk menuju kesulitan yang lainnya”

Benar. Hanya itu yang saya rasakan. Sulit – terbebas – kemudian sulit lagi – dan terus berulang. Seperti sudah sangat paham dengan pola seperti ini.

Perasaan tidak tenang terus menghantui. Resah. Gundah. Tidak tahu harus berbuat apa. Hanya ingin menangis lalu tertidur.

“Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang” lagu Hindia sepertinya sangat mewakilkan diri saya saat ini.

Ingin kembali kemasa dimana saya bisa tertawa bebas, jalan-jalan tanpa beban meskipun tidak memiliki penghasilan.

Tidak. Saat ini saya ingin memiliki penghasilan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama

Coretan ini halaman pertama untuknya, Pengalaman pertama juga bagi ku, Mungkin, ini yg terdalam. _____ Tidak pernah sedikit pun terlintas, namun ini terjadi. Pelukan itu. Hangat tubuhnya, mendekap tubuh yang dingin. Ternyata benar kata mereka, sentuhan tanpa dibatasi oleh sehelai kain pun adalah yang terhangat.  Pelukan itu, membuat ku ingin terlelap lebih lama. Ingin aku nikmati tiap detik di dalam peluk hangatnya. Walau aku tahu, ini akan berakhir. Sentuhan. Sentuhan pertama yang bahkan tidak pernah seorang pun kubiarkan menyentuh bagian paling inti tubuh ku.  Pagi itu, bahkan disaat semua orang masih menikmati tidurnya. Sentuhan itu, cukup membuat ku membeku sesaat.  Ku biarkan dia menjelajahi, tanpa reaksi, tanpa penolakan. Pertama. Dan bahkan satu-satunya. Dia satu-satunya. Yang mungkin akan terus terekam di kepala. Akan terus diingat.  Perasaan yang bahkan sampai saat ini masih membuat ku bimbang. Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  Rasa yang s...

Bukan Sepasang Kekasih

Saat ini sudah tidak ada segan diantara kita, Semua terasa seperti rutinitas, Rutinitas? Bukan, ini kali kedua Tapi canggung mu sudah hilang, bukan? Ah, begitu pun aku. Kita seperti sudah terbiasa, Kali ini aku sudah tidak melihat kepura-puraan dalam diri mu, Melihat itu? Sepertinya bukan hal baru bagi mu. Kalau sebelumnya kita simpan masing-masing, Kali ini berbagi tanpa ragu. Bagaimana dengan film di jam 3 pagi?  Kamu sibuk mencari film apa yang bagus, Aku? Tidak ada energi untuk itu. Mungkin, jika bisa berbicara televisi akan jadi yang paling pertama mengucap protes paling keras, “Kita bertukar peran kah? Aku yang seharusnya kalian lihat, bukan sebaliknya” ucap televisi dalam diam.  Jika Televisi adalah manusia, aku pun ingin bertanya “bagaimana rasanya melihat dua orang memadu kasih, padahal bukan sepasang kekasih?” Pahit? Getir? Senang? Menyedihkan? Tidak terasa, sinar matahari masuk melalu jendela besar itu. Sepertinya 5 menit yang lalu langit masih sangat gelap. Waktu b...

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08