Langsung ke konten utama

Cara Tuhan Mengingatkan Hambanya

 Jalan ciledug raya yang selalu ramai mulai dari angkutan umum, motor, dan mobil yang lalu lalang yang mungkin saja banyak diantara mereka sedang berjuang mencari nafkah untuk keluarganya. Para pedagang yang menjajakan dagangannya. Ada yang sedang Bahagia karena membawa banyak rezeki untuk keluarganya, ada yang mungkin sedang sedih karena barang dagangannya tidak kunjung terjual

Selama kurang lebih 4 hari saya rutin melewati jalan ciledug raya, perjalanan dari rumah menuju Graha Raya atau sebaliknya yang saya tempuh dengan waktu 30-45 menit siapa sangka memberikan begitu banyak pelajaran berharga untuk saya. Sangat indah cara Tuhan memberikan “peringatan untuk bersyukur” pada hambanya.

Setiap pagi saat melewati jalan tersebut saya selalu melihat sosok penuh semangat membawa begitu banyak balon dengan raut wajah penuh harap jika balon-balon ditangannya akan habis terjual. Dibalik semangatnya tidak dapat dipungkiri rasa lelah yang ada dalam dirinya. Beliau berdiri dengan harapan ada malaikat penolong yang membeli dagangannya. Namun, sesekali saya melihat beliau duduk terdiam. Entah apa yang dipikirkan, dari raut wajahnya sangat terlihat beliau sedang menunggu malaikat baik yang datang untuk membeli balon-balon miliknya. Maafkan saya pak, saya belum bisa membantu.

Saat pulang menuju rumah, ditengah perjalanan seorang bapak tua mengenakan kostum badut berjalan tertatih sembari membawa rambut palsu dan “ember uang” miliknya. Lelah, namun beliau tetap terus berjalan sambil berpegangan pada pagar-pagar pinggir jalan. Dimasa tuanya beliau tetap berjuang untuk hidup, meskipun begitu semangatnya tidap pernah pudar. Beberapa meter kemudian, saya kembali melihat pria paruh baya dengan kostum badut duduk di trotoar sambil memijat-mijat kakinya. Disampingnya terdapat topeng badut berukuran besar.

Beberapa meter saya mengendarai motor, saya kembali dipertemukan dengan seorang kakek yang sedang memikul dagangan kerupuk pasir. Kerupuk yang masih setengah karung tersebut beliau pikul sembari menyusuru jalanan, malam sebelumnya saya melihat beliau sedang duduk meneduh karena kondisi saat itu sedang hujan.

Melihat mereka para pejuang yang sedang berjuang untuk keluarganya seakan seperti peringatan kecil dari Tuhan untuk saya agar selalu bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini. Sepertinya saya sangat tidak pantas untuk mengeluh melihat masih begitu baik Tuhan pada saya. Jalan Tuhan untuk mengingatkan hambanya memang selalu indah dan tidak terduga. Terimakasih Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama

Coretan ini halaman pertama untuknya, Pengalaman pertama juga bagi ku, Mungkin, ini yg terdalam. _____ Tidak pernah sedikit pun terlintas, namun ini terjadi. Pelukan itu. Hangat tubuhnya, mendekap tubuh yang dingin. Ternyata benar kata mereka, sentuhan tanpa dibatasi oleh sehelai kain pun adalah yang terhangat.  Pelukan itu, membuat ku ingin terlelap lebih lama. Ingin aku nikmati tiap detik di dalam peluk hangatnya. Walau aku tahu, ini akan berakhir. Sentuhan. Sentuhan pertama yang bahkan tidak pernah seorang pun kubiarkan menyentuh bagian paling inti tubuh ku.  Pagi itu, bahkan disaat semua orang masih menikmati tidurnya. Sentuhan itu, cukup membuat ku membeku sesaat.  Ku biarkan dia menjelajahi, tanpa reaksi, tanpa penolakan. Pertama. Dan bahkan satu-satunya. Dia satu-satunya. Yang mungkin akan terus terekam di kepala. Akan terus diingat.  Perasaan yang bahkan sampai saat ini masih membuat ku bimbang. Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  Rasa yang s...

Bukan Sepasang Kekasih

Saat ini sudah tidak ada segan diantara kita, Semua terasa seperti rutinitas, Rutinitas? Bukan, ini kali kedua Tapi canggung mu sudah hilang, bukan? Ah, begitu pun aku. Kita seperti sudah terbiasa, Kali ini aku sudah tidak melihat kepura-puraan dalam diri mu, Melihat itu? Sepertinya bukan hal baru bagi mu. Kalau sebelumnya kita simpan masing-masing, Kali ini berbagi tanpa ragu. Bagaimana dengan film di jam 3 pagi?  Kamu sibuk mencari film apa yang bagus, Aku? Tidak ada energi untuk itu. Mungkin, jika bisa berbicara televisi akan jadi yang paling pertama mengucap protes paling keras, “Kita bertukar peran kah? Aku yang seharusnya kalian lihat, bukan sebaliknya” ucap televisi dalam diam.  Jika Televisi adalah manusia, aku pun ingin bertanya “bagaimana rasanya melihat dua orang memadu kasih, padahal bukan sepasang kekasih?” Pahit? Getir? Senang? Menyedihkan? Tidak terasa, sinar matahari masuk melalu jendela besar itu. Sepertinya 5 menit yang lalu langit masih sangat gelap. Waktu b...

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08