Langsung ke konten utama

Postingan

Ingin Berkahir

Bu, tahu tidak? anak mu yang kamu lihat pembangkan ini, kenyataannya ia tidak sekeras itu. Banyak rapuh yang ia simpan.  Entah rapuh yang mana yang sedang menggerogoti dirinya. Bahkan, dirinya sendiri pun tidak bisa memahami isi kepalanya. Kepalanya terlalu berisik, sangat sesak oleh suara-suara yang tidak tahu sejak kapan ada disana. Sudah terlalu lama dan terlalu penuh, sampai bingung yang mana yang harus didengar. Semuanya berkecamuk. Keinginan untuk segera mengakhiri episode kehidupan paling vokal bersuara. Semakin hari semakin bulat. Semakin yakin.   Bising sekali, Bu.  Suara-suara itu begitu menyiksa. Semakin yakin, kalau aku sudah begitu dekat. Untuk hal-hal baik yang terjadi belakangan ini, rasanya sudah lebih dari cukup. Kalau pun benar akan berakhir, akhir ini akan jadi akhir yang bisa dikatakan bahagia. Walaupun sederhana, tapi cukup untuk membuat diri ini ikhlas. 08 November 2024 12:27AM
Postingan terbaru

Bersatu Kembali

  Pertanyaan yang terus berputar Pertanyaan yang selalu ingin ditanyakan,  Tapi tidak tahu siapa yang bisa menjawabnya, Tidak tahu juga apakah ada jawabnya, Pertanyaan yang membuat hati tidak pernah berhenti berharap padanya, Berharap ia kembali berbicara, Memulai obrolan seperti sedia kala, Obrolan yang tidak pernah terputus sepanjang masa, Berharap kembali notif darinya membuat hidup berwarna, Berharap hanya dirinya lah yang mampu menenangkan diri yang hilang arah entah kemana, Berharap dia yang mampu kembali mebawa diri ini pulang ke tempat semestinya, Bukan tidak bisa kembali dengan sendirinya, Tapi, ia datang untuk menjemputnya, Dengan tutur lembutnya, Yang dulu selalu dapat didengar di setiap harinya, Kalau saja hal itu tidak terjadi? Kalau saja diri ini lebih sabar menyikapi? Kalau saja, Kalau saja, Kalau saja, Akankah diri ini masih bersamanya dalam sunyi? Hingga tidak ada seorang pun mengetahui, bahwa ada dua insan yang saling mengasihi dalam sepi.  Ucap dalam diri seseorang y

Hilang

Nyatanya sampai hari ini, tidak ditemukan lagi buku penuh cerita itu. Entah kemana semua cerita-cerita ini akan berlabuh, sebab ia kehilangan tempat bersandarnya. 1 Juli 2024 4:44 AM

Pesan (?)

Ada sebuah artikel singkat mengatakan, bahwa ada seekor kucing yang hobi mencuri ikan. Disebarkannya artikel keseluruh penjuru, sebagian percaya, sebagian tidak.  Faktanya, kucing tersebut tidak mencuri, ada seseorang yang merawatnya. Namun, sebagian orang sudah menganggapnya maling karena artikel tersebut.

Mencekik

Aku pernah sangat menyukai aroma parfume mawar yang sangat manis itu, aku beri tahu dia, lalu ia gunakan. Aku menyukai warna merah, ada impian ku di dalamnya. Dengan harap, aku ingin mengelilingi kota. Aku pemalas, hanya olahraga tertentu yang mungkin ingin aku lakukan. Aku suka sekali berfoto, banyak kenangan tersimpan di dalamnya. Akan aku cetak dan kupajang seluruhnya. Aku sangat suka sekali berkeliling mall, salah satu mall di Jakarta adalah tempat favoritku. Aku sangat suka coklat, aku juga suka ramen. Kita nikmati ramen di tempat favorit ku. Asyik bukan? Atau hanya aku saja? Tapi, kini semuanya rusak.    Aroma parfume itu terasa sangat mencekik. Warna itu bagai amarah saat aku melihatnya. Foto itu hanya membuat sesak. Ramen dan mall seperti luka. Kalimat itu terus berputar dikepala. Suaranya terus terngiang. Aku berusaha keras untuk tidak membencinya. Aku berusaha keras menahan doa-doa yang mungkin tidak baik untuknya. Di hati kecil ku, aku berharap dia tidak merasakan sakit seba

Bimbang

Aku pernah begitu membenci seseorang, tapi jauh di hati kecil ku juga begitu sayang. Setiap mendengar namanya, melihat wajahnya, terlintas memikirkannya rasanya seperti berkecamuk. Dia bisa membuat kepala dan hati ku ribut tak karuan. “Aku ingin dia menjadi cermin dari perbuatannya, dan hanya aku obatnya” Terkadang tanpa sengaja terucap sumpah yang begitu keji untuknya. Tapi, sedetik kemudian ada rasa bersalah karena sumpah yang sudah kulangitkan untuknya. Aku juga tidak mau dia merasakan sakit karena sumpah-sumpah ku. Di sisi lain, aku ingin dia jera dan merasakan semua yang telah dia lakukan. Aku sangat percaya hukum tabur tuai. Jika saat ini kamu bisa membuat ku begitu patah karena perlakuan mu. Aku percaya suatu saat nanti kamu akan merasakan hal yang sama. Tapi, ada sewaktu ketika aku mera sa begitu takut kamu merasakan apa yang aku rasakan. Menurut ku, sakit ku cukup aku saja, kamu tidak usah merasakannya. Kamu tidak perlu tahu bagaimana sakitnya. Kamu tidak perlu tahu bagaimana

Harapan

  Selamat tinggal 2023! Terima kasih ya, begitu banyak cerita hidup!  Banyak dukanya,  Banyak juga tawanya, Tidak banyak ingin di tahun mendatang, Sepertinya, hidup tenang menjadi impian terbesar saat ini, Dunia ku memang sempat hancur di paruh waktu tahun ini, Tidak apa, hidup memang seperti roda, bukan? Sempat berpikir akan menjadi akhir, tapi selalu ada tangan yang menarik untuk bangkit, Tapi, apa akan selalu bergantung seperti ini? 2024, damai yah!

Kutukan

“Selama menikah, Aku tidak pernah bahagia” “Menikah banyak sulitnya” Kalimat itu yang terus membayangi isi kepala ku.  Seringkali timbul pertanyaan "Apakah aku akan menerima kutukan ini?" Semua yang ia jalani saat ini, seperti yang ibu nya alami. Akankah aku juga mengalaminya? Kalau ia bisa kuat menjalani, apakah aku bisa? Rasanya tidak. Aku selalu berdoa agar tidak menjalani hidup seperti mu. Aku jahat ya? Meminta untuk tidak seperti kamu. Karena, aku tidak sekuat kamu. Ingin sekali rasanya merayakan kamu. Kamu sangat pantas menerima seluruh kebahagian di bumi ini, setelah derita yang begitu panjang. Tapi, aku belum mampu membahagiakan mu . Maaf ya. Sebenarnya, aku sangat benci memberi janji. Tapi, untuk kamu aku berjanji, semua lelah, sakit, dan air mata mu selama ini tak akan terulang lagi. Jangan menangis lagi. Maaf, aku tidak disamping mu saat itu. Maaf, aku memilih pergi saat itu.  Kamu tidak salah. Kamu berhenti ya minta maaf ke aku. Maaf ya, saat ini aku terlalu sibuk

Berhenti Di Aku

Aku hanya ingin semua berhenti di aku. Satu hal yang aku pegang sangat erat dalam diri ini, semua berhenti di aku. Semua yang sulit dan pahit berhenti di aku. Cukup aku. Dalam hidup, aku melihatnya bagaikan sebuah pola yang sudah digariskan. Bagaikan musim. Kalau habis senang, ya ada sedih. Setelah itu, melewati masa kosong, lalu senang lagi. Begitu terus terulang. Sampai di suatu waktu, ketika sedang senang, aku selalu memiliki ke khawatiran, “badai seperti apa lagi yang akan aku hadapi?”. Ingin berhenti lebih lama.  Ketakutan yang mungkin akan sulit dipahami orang lain. Mulanya, aku mencoba menjelaskan bagaimana rasanya. Tapi, melihat respon kebanyakan yang mungkin kurang bisa memahami, sepertinya diam lebih baik. Bukan berarti tidak ada yang paham. Ada, sebagian. Sulit memang memahami aku yang rumit. Mungkin akan sakit jika mencoba.  Aku baru saja melihat sebuah video, seorang anak perempuan yang begitu dirayakan oleh ayahnya. Tanpa sadar, aku menangis dan tersenyum miris. Mungkin,

Mr I Can’t Tell U His Name (Pt 2)

Siapa sangka kalau kamu masih menjadi bagian dari hidup ku. Aku pikir, setelah lulus, kita akan usai. Aku pikir, setelah itu, kita tidak akan bertegur sapa lagi. Ternyata, kamu masih ada sampai sekarang. Tetap jadi yang aku cari dikala aku butuh bantuan. Tidak hanya teman cerita, ternyata kamu juga seperti guru. Aneh ya? Tapi itu kenyataannya. Dulu kalau aku tidak bisa menyelesaikan tugas kuliah, kamu yang aku hubungi untuk membantu. Saat liputan dan menulis pun, aku seringkali meminta bantuan mu. Padahal, dunia Jurnalistik bukan lah dunia mu. Tapi, kamu selalu bisa. Sampai saat ini, aku selalu berpikir kamu hebat. Kamu bisa segalanya. Tugas kuliah ku yang bidangnya sangat berbeda jauh dengan mu, kamu bisa. Design, kamu juga yang mengajariku dengan sabar. Skripsi ku, peran mu cukup besar disana. Sampai aku bingung sendiri kalau gak ada kamu. Rasanya sangat bergantung saat itu. Aku kira aku sudah tidak bergantung, ternyata sampai sekarang aku masih membutuhkan mu membantu ku. Dan lagi,

Bekerja Dari Rumah

Bu, aku senang sekali hari ini. Ibu tahu kan 3 tahun lalu, tepatnya tahun 2020, saat Covid masuk ke Indonesia, saat itu mengharuskan aku bekerja dari rumah. Ibu tahu sedihnya aku saat itu. Ibu juga tahu bagaimana stress nya aku pada waktu itu. Bu, tahu tidak kalau saat itu adalah titik terendah hidup ku. Aku hancur Bu, tapi aku tidak berani mengungkapkannya. Aku terlalu malu untuk bilang, aku merasa lemah jika mengakui aku tidak sanggup.  Aku menunjukkan aku sedih, tapi aku tidak mampu memperlihatkan kalau aku hancur, Bu. Bu, aku masih merasa takut untuk bekerja dari rumah. Aku lebih memilih untuk pergi ke kantor, Ibu tahu itu.  Kali ini, aku memberanikan diri untuk bekerja dari rumah, Bu. Aku tidak menolak lagi seperti sebelumnya. Walaupun, pada awal nya rasanya begitu takut. Ingin menangis sekencang-kencangnya, aku tidak bisa tidur karena terlalu takut. Tapi, kali ini berbeda. Di hari pertama, ada yang menemani untuk bekerja di rumah, membuat kekhawatiran ku berkurang, Bu. Di hari ke

Bu

Bu, tumbuh dewasa ternyata tidak mudah, banyak hal baru yang aku temui, begitu rumit, tapi aku sungkan untuk meminta bantuan, karena sudah dewasa. Bu, aku pikir dewasa menyenangkan, dapat memutuskan sendiri yang aku mau, ternyata tidak sesederhana itu yah, bu. Label dewasa, menjadikan aku terlalu malu untuk meminta bantuan mu bu, padahal aku butuh kamu. Kalau dimata kamu aku masih putri kecil mu, kini aku mengakuinya, Bu. Saat beranjak dewasa, aku tidak suka kau anggap aku putri kecil mu, karena aku merasa sudah dewasa. Kini, aku menyadari nya bu, memang benar aku tumbuh dewasa, tapi aku tetap butuh sosok mu. Pelik yang kini datang silih berganti harus aku lalui, terkadang merasa berat, terlebih jika sendiri melewatinya. Walaupun, setelahnya aku merasa menjadi orang hebat karena ternyata aku mampu. Selalu ingin berteriak dan meminta bantuan mu bu, tapi aku terlalu malu. Melihat sosok mu pun, sudah menjadi kan aku lebih kuat dari pada seharusnya. Jangan pergi yah bu, aku tidak mampu mel

Riuh

Dia memang terdiam dalam sakitnya, Tidak Dia ceritakan getirnya, Tidak Dia sampaikan pahitnya, Tidak juga Dia tunjukkan tangisnya. Tapi, Dia sangat riuh dalam doanya, Dia ceritakan seluruh sakitnya kepada Tuhan-Nya, Dia tumpahkan tangis dalam sujudnya, Dia sebut namanya di dalam setiap doa. Jakarta, 22 Juli 2023 10:06 PM

Ego

Seperti hujan, aku suka melihatnya turun ke bumi, aku suka aromanya saat ia bertegur sapa dengan tanah merah di bumi, aku suka saat melihatnya mambasuh tanaman yang kekeringan, tapi, aku tidak suka saat iya menyentuh tubuhku tanpa permisi, aku suka ia datang menyapa, bukan untuk menyentuh tanpa sapa. Seperti ini kah ego manusia? Jakarta, 22 Juni 2023 2:19 PM

DIAM

Diam nya, bukan karena ia tidak usaha, Diam nya, bukan karena ia tidak peduli, Diam nya, bukan karena ia tidak berjuang, Tetapi… Diam nya, tidak ingin memberi mu beban, Diam nya, tidak ingin memberi mu khawatir, Diam nya, tidak ingin memberi mu sulit. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08

T R A U M A

Bahkan, untuk seorang pelupa sekalipun, Rasa trauma akan tetap melekat dan diingat. Tersimpan rapih, seakan baru terjadi, Setiap inci kenangan, tersusun apik. Terus berputar, terlihat nyata, Tidak satu pun terlupa. 210323

Namun

Mata mu indah, Namun, telalu banyak sedih ditampungnya, Senyum mu manis, Namun, dibungkam oleh sesak yang tak terbendung di dada, Wajah mu cantik, Namun, murung menguasai seluruh nya, Kamu periang, Namun, pikiran mu merenggut nya. 7 12 22

Cemas

Rasa takut selalu menyambut ku di setiap pagi, Menyapa paling awal saat ingin memulai hari, Rasa takut terhadap diri sendiri selalu menyambangi, Takut jika roller coaster tersebut bermain-main riang dalam diri, Saat senang menyapa, sedih pun turut datang mengikuti, Kemudian mereka bertukar tempat dengan begitu cepat hingga mengusik diri. … Disetiap pagi aku selalu berdoa, Tuhan terima kasih sudah memberi kesempatan untuk bernafas dan memberi waktu untuk aku di dunia, Tuhan, aku harap hari ku hari ini dapat berjalan dengan normal sebagaimana mestinya, Tidak ada roller coaster yang kembali bermain-main dalam jiwa.

Pilihan

Dan pada akhirnya kumbang hanya akan datang pada bunga pilihannya, Secantik apapun mahkota bunga berusaha memikat, jika kumbang tidak ingin menepi maka gugurlah serbuk sari bersama angin. 161122

Akhir Cerita

Pada akhirnya aku bisa menutup buku cerita aku dan kamu yaaa.  Kalau di 2 tahun sebelumnya kamu selalu jadi bagian cerita hidup aku, walaupun tidak secara langsung. Tapi, di 1 tahun belakangan ini aku sudah mulai berusaha untuk membuat kamu tidak lagi menjadi bagian dari cerita itu. Hal yang paling aku tunggu-tunggu, paling aku nantikan yaitu bisa menutup cerita ini akhirnya tiba di awal tahun ini. Luar biasa rasanya walaupun sulit tapi aku bisa. 3 tahun mungkin jadi waktu terlama aku untuk bisa ngelupain seseorang. Cara pandangmu terhadap hidup dan cara kamu menghadapi situasi sungguh membuat aku kagum. Kamu, seseorang yang selalu aku sebut dengan "pemilik kontrol emosi terbaik" memang benar adanya. Melihat cara kamu menghadapi situasi, seakan mengajarkan dan menyadarkan aku bahwa kesabaran yang luar biasa besar itu memang ada. Bahagia yaa kamu dengan jalan hidup yang kamu pilih sekarang, jaga diri kamu baik-baik.  Semoga aku dan kamu menemukan kebahagiaan di jalan kita masi

Kenyataan

Hari itu, tidak pernah terpikir kan oleh saya bahwa pertanyaan-pertanyaan yang selama ini memenuhi kepala saya akan menemukan jawabnya. Entah bagaimana Tuhan mengatur itu semua, terjadi begitu saja. Mengalir begitu saja. Tanpa ada paksaan. Tanpa ada usaha lebih untuk menemukannya. Tuhan berikan dengan mudah melalui jalan-Nya. Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, pasti akan menyakitkan. Bahkan, saya sudah bersiap untuk itu. Tapi, kenyataan yang saya terima justru di luar dari dugaan saya. Tameng yang sudah saya buat tidak mampu menahannya. Rasanya seperti, Disadarkan melalui rasa sakit. Seperti tertampar. Hingga membuat gemetar. Ingin protes, namun juga bersyukur.

Dua Jawaban

 Aku pernah berdoa pada Tuhan tentang dia. Kurang lebih seperti ini: "Tuhan jika dia baik untuk ku, dekatkan. Jika dia tidak baik untuk ku, tunjukkan," Kemudian, Tuhan dekatkan aku dengan dia, tapi Tuhan juga tunjukkan bahwa dia tidak baik untuk ku. Lalu, kemana aku harus melangkah diantara dua jawab tersebut (?)