Langsung ke konten utama

Bimbang

Aku pernah begitu membenci seseorang, tapi jauh di hati kecil ku juga begitu sayang. Setiap mendengar namanya, melihat wajahnya, terlintas memikirkannya rasanya seperti berkecamuk. Dia bisa membuat kepala dan hati ku ribut tak karuan.


“Aku ingin dia menjadi cermin dari perbuatannya, dan hanya aku obatnya”


Terkadang tanpa sengaja terucap sumpah yang begitu keji untuknya. Tapi, sedetik kemudian ada rasa bersalah karena sumpah yang sudah kulangitkan untuknya.


Aku juga tidak mau dia merasakan sakit karena sumpah-sumpah ku. Di sisi lain, aku ingin dia jera dan merasakan semua yang telah dia lakukan.


Aku sangat percaya hukum tabur tuai. Jika saat ini kamu bisa membuat ku begitu patah karena perlakuan mu. Aku percaya suatu saat nanti kamu akan merasakan hal yang sama.


Tapi, ada sewaktu ketika aku merasa begitu takut kamu merasakan apa yang aku rasakan. Menurut ku, sakit ku cukup aku saja, kamu tidak usah merasakannya. Kamu tidak perlu tahu bagaimana sakitnya. Kamu tidak perlu tahu bagaimana bangkit dari masa sulitnya.


Bukan karena aku terlalu sayang dengan mu. Tapi, aku sayang dengan diri ku. Melihat mu jatuh cukup membuat aku sakit. Jadi, cukup satu kali saja aku rasakan. Aku tidak mau merasakan yang kedua kali melalui hukuman yang diterima diri mu.


Saat kamu menerima hukuman dari doa-doa yang dilangitkan oleh ku. Disaat itu juga aku merasa seperti dihukum karena doa-doa atas rasa sakit yang disebabkan olehmu.


7 Februari 2024

12:16

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama

Coretan ini halaman pertama untuknya, Pengalaman pertama juga bagi ku, Mungkin, ini yg terdalam. _____ Tidak pernah sedikit pun terlintas, namun ini terjadi. Pelukan itu. Hangat tubuhnya, mendekap tubuh yang dingin. Ternyata benar kata mereka, sentuhan tanpa dibatasi oleh sehelai kain pun adalah yang terhangat.  Pelukan itu, membuat ku ingin terlelap lebih lama. Ingin aku nikmati tiap detik di dalam peluk hangatnya. Walau aku tahu, ini akan berakhir. Sentuhan. Sentuhan pertama yang bahkan tidak pernah seorang pun kubiarkan menyentuh bagian paling inti tubuh ku.  Pagi itu, bahkan disaat semua orang masih menikmati tidurnya. Sentuhan itu, cukup membuat ku membeku sesaat.  Ku biarkan dia menjelajahi, tanpa reaksi, tanpa penolakan. Pertama. Dan bahkan satu-satunya. Dia satu-satunya. Yang mungkin akan terus terekam di kepala. Akan terus diingat.  Perasaan yang bahkan sampai saat ini masih membuat ku bimbang. Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  Rasa yang s...

Bukan Sepasang Kekasih

Saat ini sudah tidak ada segan diantara kita, Semua terasa seperti rutinitas, Rutinitas? Bukan, ini kali kedua Tapi canggung mu sudah hilang, bukan? Ah, begitu pun aku. Kita seperti sudah terbiasa, Kali ini aku sudah tidak melihat kepura-puraan dalam diri mu, Melihat itu? Sepertinya bukan hal baru bagi mu. Kalau sebelumnya kita simpan masing-masing, Kali ini berbagi tanpa ragu. Bagaimana dengan film di jam 3 pagi?  Kamu sibuk mencari film apa yang bagus, Aku? Tidak ada energi untuk itu. Mungkin, jika bisa berbicara televisi akan jadi yang paling pertama mengucap protes paling keras, “Kita bertukar peran kah? Aku yang seharusnya kalian lihat, bukan sebaliknya” ucap televisi dalam diam.  Jika Televisi adalah manusia, aku pun ingin bertanya “bagaimana rasanya melihat dua orang memadu kasih, padahal bukan sepasang kekasih?” Pahit? Getir? Senang? Menyedihkan? Tidak terasa, sinar matahari masuk melalu jendela besar itu. Sepertinya 5 menit yang lalu langit masih sangat gelap. Waktu b...

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08