Langsung ke konten utama

Disetiap Inci Tubuhnya, Bolehkah Aku?

Disetiap inci tubuhnya adalah memori yang terekam jelas,

  1. Aroma Tubuh: Membuat ku meminta pada Tuhan, untuk berhentikan waktu sejenak agar aku bisa menikmati aroma tubuhnya yang sangat khas, hanya dimiliki olehnya. Boleh aku menikmatinya?
  2. Tulang Selangka: Jari jemari kecil ini dapat merasakan dengan jelas bagaimana tulang selangka miliknya. Disentuhnya tulang selangka kecil itu dengan lembut, hingga rebah kepalanya. Boleh aku ulang waktu itu lagi?
  3. Leher: Tahu tidak dimana aroma tubuhnya yang paling kusukai? Iya, di lehernya. Boleh aku lebih lama di dalamnya?
  4. Kulit Lembut itu: Aku membeku seketika kulit lembut dirinya menyentuh tubuh ku, bagaimana bisa itu terjadi?
  5. Suara: Aku suka suaranya yang aku dengar saat kita hanya berdua. Hanya aku dan kamu. Tidak satu pun orang lain mendengarnya. Suara manja itu! Enggan aku berbagi. Jangan berikan suara itu ke wanita lain! Boleh aku saja yang dengar suara itu?
  6. Rambut: Ingin aku rawat rambutnya dengan penuh cinta, boleh tidak?
  7. Pundak: Bagaimana bisa aku bersandar di pundak lain, kalau pundaknya tempat aku ingin pulang?
  8. Mata: Aku suka tatap mata itu, boleh kita menatap lebih lama?
  9. Bibir: Bibir atasnya yang tipis, namun tebal pada bagian bawah. Aku suka itu! Boleh aku jadi pemiliknya?
  10. Jemari: Jari lentiknya, ah! Sangat indah! Jangan terluka, ya? Boleh aku genggam erat lagi?


Disetiap inci tubuhnya, ingin aku menetap.


230724

11:16PM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertama

Coretan ini halaman pertama untuknya, Pengalaman pertama juga bagi ku, Mungkin, ini yg terdalam. _____ Tidak pernah sedikit pun terlintas, namun ini terjadi. Pelukan itu. Hangat tubuhnya, mendekap tubuh yang dingin. Ternyata benar kata mereka, sentuhan tanpa dibatasi oleh sehelai kain pun adalah yang terhangat.  Pelukan itu, membuat ku ingin terlelap lebih lama. Ingin aku nikmati tiap detik di dalam peluk hangatnya. Walau aku tahu, ini akan berakhir. Sentuhan. Sentuhan pertama yang bahkan tidak pernah seorang pun kubiarkan menyentuh bagian paling inti tubuh ku.  Pagi itu, bahkan disaat semua orang masih menikmati tidurnya. Sentuhan itu, cukup membuat ku membeku sesaat.  Ku biarkan dia menjelajahi, tanpa reaksi, tanpa penolakan. Pertama. Dan bahkan satu-satunya. Dia satu-satunya. Yang mungkin akan terus terekam di kepala. Akan terus diingat.  Perasaan yang bahkan sampai saat ini masih membuat ku bimbang. Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  Rasa yang s...

Bukan Sepasang Kekasih

Saat ini sudah tidak ada segan diantara kita, Semua terasa seperti rutinitas, Rutinitas? Bukan, ini kali kedua Tapi canggung mu sudah hilang, bukan? Ah, begitu pun aku. Kita seperti sudah terbiasa, Kali ini aku sudah tidak melihat kepura-puraan dalam diri mu, Melihat itu? Sepertinya bukan hal baru bagi mu. Kalau sebelumnya kita simpan masing-masing, Kali ini berbagi tanpa ragu. Bagaimana dengan film di jam 3 pagi?  Kamu sibuk mencari film apa yang bagus, Aku? Tidak ada energi untuk itu. Mungkin, jika bisa berbicara televisi akan jadi yang paling pertama mengucap protes paling keras, “Kita bertukar peran kah? Aku yang seharusnya kalian lihat, bukan sebaliknya” ucap televisi dalam diam.  Jika Televisi adalah manusia, aku pun ingin bertanya “bagaimana rasanya melihat dua orang memadu kasih, padahal bukan sepasang kekasih?” Pahit? Getir? Senang? Menyedihkan? Tidak terasa, sinar matahari masuk melalu jendela besar itu. Sepertinya 5 menit yang lalu langit masih sangat gelap. Waktu b...

Menerima…

Menerima kenyataan yang tidak sesuai harap bukan lah perkara mudah, Mendengar mereka yang selalu mengatakan untuk ikhlas, nyatanya untuk sampai tahap ikhlas tersebut tidak lah mudah, Butuh proses, yang mungkin berbatu dan terjal yang mungkin sesekali membuat tergelincir, Diperlukan keyakinan bahwa, hal baik ada di depan, Diperlukan penopang, agar tidak jatuh ke jurang yang lebih dalam, Diperlukan kesabaran bahwa, hal sulit ini dapat dilalui seberapa lama pun itu, Semua dapat sampai pada sebuah akhir proses penerimaan, Yang membedakan adalah waktu tempuhnya, Ada yang sangat cepat tapi, ada juga yang butuh waktu lama, Tidak apa, setiap perjalanan memang tidak selalu sama, Sabar, untuk kamu yang sedang menempuh akhir tersebut, Begitu pun untuk kamu yang sedang mendampingi ia menuju akhir penerimaan, bersabarlah, percaya bahwa yang sedang kamu dampingi pun sedang berjuang dengan segala kekuatannya. Percaya bahwa, ada hal baik di depan sedang menanti. Jakarta, 08 Mei 2023 23:08