“Selama menikah, Aku tidak pernah bahagia”
“Menikah banyak sulitnya”
Kalimat itu yang terus membayangi isi kepala ku.
Seringkali timbul pertanyaan "Apakah aku akan menerima kutukan ini?"
Semua yang ia jalani saat ini, seperti yang ibu nya alami. Akankah aku juga mengalaminya? Kalau ia bisa kuat menjalani, apakah aku bisa? Rasanya tidak.
Aku selalu berdoa agar tidak menjalani hidup seperti mu. Aku jahat ya? Meminta untuk tidak seperti kamu. Karena, aku tidak sekuat kamu.
Ingin sekali rasanya merayakan kamu. Kamu sangat pantas menerima seluruh kebahagian di bumi ini, setelah derita yang begitu panjang. Tapi, aku belum mampu membahagiakan mu . Maaf ya.
Sebenarnya, aku sangat benci memberi janji. Tapi, untuk kamu aku berjanji, semua lelah, sakit, dan air mata mu selama ini tak akan terulang lagi. Jangan menangis lagi. Maaf, aku tidak disamping mu saat itu. Maaf, aku memilih pergi saat itu.
Kamu tidak salah. Kamu berhenti ya minta maaf ke aku.
Maaf ya, saat ini aku terlalu sibuk memikirkan ketakutan mendapat kutukan itu. Aku terlalu sibuk bagaimana cara menolaknya, bagaimana cara mengatasinya. Padahal itu hanya ulah pikiran ku saja yang selalu berisik.
Komentar
Posting Komentar