Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

Kutukan

“Selama menikah, Aku tidak pernah bahagia” “Menikah banyak sulitnya” Kalimat itu yang terus membayangi isi kepala ku.  Seringkali timbul pertanyaan "Apakah aku akan menerima kutukan ini?" Semua yang ia jalani saat ini, seperti yang ibu nya alami. Akankah aku juga mengalaminya? Kalau ia bisa kuat menjalani, apakah aku bisa? Rasanya tidak. Aku selalu berdoa agar tidak menjalani hidup seperti mu. Aku jahat ya? Meminta untuk tidak seperti kamu. Karena, aku tidak sekuat kamu. Ingin sekali rasanya merayakan kamu. Kamu sangat pantas menerima seluruh kebahagian di bumi ini, setelah derita yang begitu panjang. Tapi, aku belum mampu membahagiakan mu . Maaf ya. Sebenarnya, aku sangat benci memberi janji. Tapi, untuk kamu aku berjanji, semua lelah, sakit, dan air mata mu selama ini tak akan terulang lagi. Jangan menangis lagi. Maaf, aku tidak disamping mu saat itu. Maaf, aku memilih pergi saat itu.  Kamu tidak salah. Kamu berhenti ya minta maaf ke aku. Maaf ya, saat ini aku terlalu sibuk

Berhenti Di Aku

Aku hanya ingin semua berhenti di aku. Satu hal yang aku pegang sangat erat dalam diri ini, semua berhenti di aku. Semua yang sulit dan pahit berhenti di aku. Cukup aku. Dalam hidup, aku melihatnya bagaikan sebuah pola yang sudah digariskan. Bagaikan musim. Kalau habis senang, ya ada sedih. Setelah itu, melewati masa kosong, lalu senang lagi. Begitu terus terulang. Sampai di suatu waktu, ketika sedang senang, aku selalu memiliki ke khawatiran, “badai seperti apa lagi yang akan aku hadapi?”. Ingin berhenti lebih lama.  Ketakutan yang mungkin akan sulit dipahami orang lain. Mulanya, aku mencoba menjelaskan bagaimana rasanya. Tapi, melihat respon kebanyakan yang mungkin kurang bisa memahami, sepertinya diam lebih baik. Bukan berarti tidak ada yang paham. Ada, sebagian. Sulit memang memahami aku yang rumit. Mungkin akan sakit jika mencoba.  Aku baru saja melihat sebuah video, seorang anak perempuan yang begitu dirayakan oleh ayahnya. Tanpa sadar, aku menangis dan tersenyum miris. Mungkin,

Mr I Can’t Tell U His Name (Pt 2)

Siapa sangka kalau kamu masih menjadi bagian dari hidup ku. Aku pikir, setelah lulus, kita akan usai. Aku pikir, setelah itu, kita tidak akan bertegur sapa lagi. Ternyata, kamu masih ada sampai sekarang. Tetap jadi yang aku cari dikala aku butuh bantuan. Tidak hanya teman cerita, ternyata kamu juga seperti guru. Aneh ya? Tapi itu kenyataannya. Dulu kalau aku tidak bisa menyelesaikan tugas kuliah, kamu yang aku hubungi untuk membantu. Saat liputan dan menulis pun, aku seringkali meminta bantuan mu. Padahal, dunia Jurnalistik bukan lah dunia mu. Tapi, kamu selalu bisa. Sampai saat ini, aku selalu berpikir kamu hebat. Kamu bisa segalanya. Tugas kuliah ku yang bidangnya sangat berbeda jauh dengan mu, kamu bisa. Design, kamu juga yang mengajariku dengan sabar. Skripsi ku, peran mu cukup besar disana. Sampai aku bingung sendiri kalau gak ada kamu. Rasanya sangat bergantung saat itu. Aku kira aku sudah tidak bergantung, ternyata sampai sekarang aku masih membutuhkan mu membantu ku. Dan lagi,